Baca Juga
Bongre Anton Peter,
bocah 3 tahun asal Papua Nugini ini mulai menunjukkan tanda-tanda
retinoblastoma di mata kanannya saat dia berusia satu tahun pada Maret
2015.
Dia memiliki mata merah bengkak tapi dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa Bongre hanya sakit biasa dan kemudian Bongre diberi obat tetes penghilang rasa sakit selama setahun.
Namun karena penyakit tersebut tak juga kunjung sembuh, orang tua Bongre berpikir bahwa penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan secara medis.
Akhirnya orang tua Bongre pun nekat pergi ke dukun untuk menyembuhkannya.
Alhasil setelah pergi ke dukun, ternyata teknik kepercayaan tradisional itu juga gagal menyembuhkan tumor tersebut.
Malah tumor Bongre pun membesar menjadi seukuran bola tenis menonjol sekitar 10 cm dari wajahnya.
Pada saat inilah dokter baru menemukan bahwa ternyata penyakit mata Bongre diakibatkan retinoblasma.
Pada titik ini, Bongre selalu merasa sakit dan menangis saat tumornya menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Dokter pun memperingatkan bahwa tumor tersebut telah menyebar ke mata kirinya dan keluarga diberi waktu beberapa minggu jika tidak dilakukan radioterapi demi menyelamatkan nyawa Bongre.
Bongre pun berpacu melawan sisa waktunya untuk mendapatkan perawatan tumor yang telah menelan seluruh matanya.
Ayah Bongre, Peter Anton, dan ibu, Senti Guna, berjuang untuk mencari pertolongan begitu tumor mulai tumbuh pada Maret 2016.
Sementara perjuangan keluarga ini juga terbentur ekonomi karena pengobatan radiasi tidak tersedia di negaranya, Papua Nugini dan harus berobat ke luar negeri.
Akhirnya para sukarelawan Simbu Children's Foundation (SCF) juga ikut membantu bekerja keras demi kesembuhan Bongre.
Mereka telah berhasil menghubungi ahli bedah di Australia dan Selandia Baru sebagai pilihan kemana nantinya Bongre dirujuk.
Untuk dana pengobatan dan pengiriman Bongre ke luar negeri, para sukarelawan sampai sekarang masih dalam tahap pengumpulan donasi.
Seperti yang dilansir dari Dailymail.co.uk, Retinoblastoma merupakan kanker retina - lapisan sensitif cahaya bagian belakang mata yang cukup jarang namun biasanya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun.
Sekitar 40 persen penyakit ini disebabkan oleh gen yang salah dan dapat diwariskan dari orang tua.
Tumor yang masih kecil biasanya dapat diobati dengan perawatan laser atau pengobatan pembekuan. Sementara tumor yang lebih besar memerlukan kemoterapi atau operasi.
Dia memiliki mata merah bengkak tapi dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa Bongre hanya sakit biasa dan kemudian Bongre diberi obat tetes penghilang rasa sakit selama setahun.
Namun karena penyakit tersebut tak juga kunjung sembuh, orang tua Bongre berpikir bahwa penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan secara medis.
Akhirnya orang tua Bongre pun nekat pergi ke dukun untuk menyembuhkannya.
Alhasil setelah pergi ke dukun, ternyata teknik kepercayaan tradisional itu juga gagal menyembuhkan tumor tersebut.
Malah tumor Bongre pun membesar menjadi seukuran bola tenis menonjol sekitar 10 cm dari wajahnya.
Pada saat inilah dokter baru menemukan bahwa ternyata penyakit mata Bongre diakibatkan retinoblasma.
Pada titik ini, Bongre selalu merasa sakit dan menangis saat tumornya menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Dokter pun memperingatkan bahwa tumor tersebut telah menyebar ke mata kirinya dan keluarga diberi waktu beberapa minggu jika tidak dilakukan radioterapi demi menyelamatkan nyawa Bongre.
Bongre pun berpacu melawan sisa waktunya untuk mendapatkan perawatan tumor yang telah menelan seluruh matanya.
Ayah Bongre, Peter Anton, dan ibu, Senti Guna, berjuang untuk mencari pertolongan begitu tumor mulai tumbuh pada Maret 2016.
Sementara perjuangan keluarga ini juga terbentur ekonomi karena pengobatan radiasi tidak tersedia di negaranya, Papua Nugini dan harus berobat ke luar negeri.
Akhirnya para sukarelawan Simbu Children's Foundation (SCF) juga ikut membantu bekerja keras demi kesembuhan Bongre.
Mereka telah berhasil menghubungi ahli bedah di Australia dan Selandia Baru sebagai pilihan kemana nantinya Bongre dirujuk.
Untuk dana pengobatan dan pengiriman Bongre ke luar negeri, para sukarelawan sampai sekarang masih dalam tahap pengumpulan donasi.
Seperti yang dilansir dari Dailymail.co.uk, Retinoblastoma merupakan kanker retina - lapisan sensitif cahaya bagian belakang mata yang cukup jarang namun biasanya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun.
Sekitar 40 persen penyakit ini disebabkan oleh gen yang salah dan dapat diwariskan dari orang tua.
Tumor yang masih kecil biasanya dapat diobati dengan perawatan laser atau pengobatan pembekuan. Sementara tumor yang lebih besar memerlukan kemoterapi atau operasi.
Bocah 3 Tahun Ini Mengeluh Sakit Di Mata Kanannya, Dibawa Ke Dukun Kondisinya Malah Jadi Begini
4/
5
Oleh
Ali Ridwan